Alamku begitu indah tak tertandingkan... manusia manakah yang mampu menciptakan batang padi menghijau berjejeran rapi, berkilau diterpa sinar mentari, tetesan air melewati tubuhnya... Hiruk pikuk petani berdatangan hendak memanen padi hasil keringat mereka. Tetapi apalah artinya tubuh lelah terbakar jika tak ada buah padi yang dihasilkan.
Siapa yang merajut daun dan kemasan buah padi yang begitu rapi dan detail. Siapa pula yang menyematkan buahnya beruntai menunduk seperti untaian kalung yang indah. Tak ada satupun manusia di muka bumi ini yang bisa melakukannya. Kalau tidak, kenapa kita mesti berjerih lelah menyokong pertumbuhan sang padi? Semua sudah tahu jawabannya. Ada kekuasaan lain yang jauh lebih besar, melebihi kekuatan manusia. Sang pemberi warna hijau,sang penerbit matahari, penetes air sumber kehidupan.
Dia sediakan alam, rumah indah untuk kehidupan kita dan anak-anak kita. Dia ijinkan kita tinggal di rumahnya, bukan untuk saling berebut, bukan untuk saling memperdebatkan keberadaannya sampai harus memusnahkan kehidupan yang telah diciptakan-Nya. Siapapun Dia, sudah sepantasnya kita menengadah mengucap syukur. Dia yang telah merajut kita menjadi sesosok makhluk yang punya tangan yang kuat, hati yang lembut, dan akal yang berbudi, untuk kelangsungan hidup kita.
Kita bukan pemberi kehidupan, tetapi yang menjalankan kehidupan. Pantaskah kita mengambil kehidupan orang lain yang bukan milik kita? Jika alam saja tunduk pada hukum alam yang sudah ditetapkan-Nya, lantas bukankah kita juga alam yang harus berbuat serupa?
Apalah arti agama jika dengan agama kita malah merusak bahkan memusnahkan kehidupan. Apalah arti agama jika orang yang beragama lebih keras dan tawar hati, dibanding orang yang tidak memakai identitas agama. Apalah arti agama jika di tempat ibadah kita malah senang mengkritik, dan mencari kelemahan agama lain seolah-olah agama kita paling sempurna.
Manusia (dewasa) tahu apa yang harus mereka makan, dan apa yang tidak boleh. Begitu juga dengan kepercayaannya. Alam pengalaman dan perjalanan pribadi mereka, akan membawa mereka kepada suatu keyakinan dan ketekunan yang melahirkan kepercayaan. Jika anda tak mampu meyakinkan diri sendiri tentang apa yang anda anut, kenapa anda mesti sibuk meyakinkan orang lain. Yakinkanlah orang lain jika anda sudah yakin dengan apa yang anda yakini. Bagaimana bisa anda berkata makanan yang anda masak itu enak, sedangkan anda belum mencicipinya?
Tulisan ini terinspirasi oleh seseorang yang bernama Sendy, seorang mualaf yang dipojokan oleh teman-teman kuliah dan dosennya di salah satu perguruan tinggi KRISTEN karena mengambil keputusan pindah agama. Sendy mulai dipersulit ketika dia hendak mengurus administrasi kuliah. Saya berbincang selama satu jam dengan dia di bus dalam perjalanan Salatiga-Solo. Dia berasal dari keluarga Bali yang dari sononya memang menganut agama Kristen. Keputusan Sendy untuk pindah agama berawal dari keraguannya tentang Kristen, dan sikap skeptisnya tersebut tidak disambut positif oleh pihak gereja. Gereja tempat Sendy melayani mulai mengintimidasi Sendy semenjak menyaksikan tingkah dan pertanyaan-pertanyaan Sendy yang menurut mereka tidak masuk akal. Merekah malah menyuruh gadis tersebut untuk BERTOBAT. Walahualam. Seseorang yang bertanya tentang kebenaran kristen dicap sebagai pendosa kelas kakap yang harus bertobat!
Saya mulai menggumuli cerita Sendy, dan saya merasa memperoleh jawabannya pada hari kebaktian Minggu tgl 05 Februari di gereja tempat saya melayani. Bacaan Alkitab dipilih dari Kitab Lukas Pasal 7 yang menceritakan tentang kisah Perwira dari Kapernaum yang memohon Yesus untuk menyembuhkan HAMBANYA (Budak) YANG SANGAT DIHARGAINYA. Dalam bacaan tersebut mengatakan bahwa perwira tersebut tidak dekat dengan Yesus. Dia hanya sering mendengar cerita tentang Yesus. Bahkan dia sendiri tidak berani menemui Yesus karena sebagai seorang perwira yang hidup di kalangan militer, mereka memiliki hirarki yang sangat dihormati yang sudah menjadi gaya hidup.
Seorang perwira tersebut meminta bantuan tua-tua yahudi untuk meminta Yesus menyembuhkan hambanya. Para tua-tua ini berkata kepada Yesus bahwa perwira tersebut layak ditolong karena kebaikan perwira tsb yang telah membantu banyak terhadap PEMBANGUNAN RUMAH IBADAH. Wow! Karena sumbangsihnya yang banyak dalam pembagunan rumah Ibadah sang perwira layak ditolong (menurut tua-tua yahudi).
Ketika Yesus hendak datang ke rumah perwira untuk melihat hambanya, maka sahabat-sahabat perwira datang menemui Yesus, dan menyampaikan pesan dari sang perwira. Perwira tersebut sangat tidak enak hati, dan merasa tidak layak jika Yesus datang ke rumahnya. Bagi perwira, Yesus lebih dari atasannya. Dalam kemiliteran, seorang tentara tidak dengan sembarangan dapat menemui atasannya tanpa diperintah terlebih dahulu. Sang perwira sangat hormat dan sadar diri akan posisinya yang tidak seberapa dibanding Yesus.
Dan lihat, YESUS SANGAT TERPUKAU dengan KERENDAH HATIAN sang perwira. Yesus memuji sikap perwira tersebut di depan banyak orang. Menurut khotbah pendeta waktu itu, Perwira tersebut bukanlah imam-imam ahli taurat, dia pun tidak dekat dengan Yesus tetapi dia menerapkan nilai-nilai kristiani yang dijempol oleh sang Raja.
Cerita ini sebenarnya sangat gamblang menceritakan tentang kehidupan orang kristen masa kini. Banyak orang kristen, tahu dan ahli mengenai teori kristiani, tetapi malah tidak mau menerapkan nilai-nilai kristiani dalam hidupnya. Tetapi ada orang yang tidak tau apa itu kristen, mungkin tidak pernah ke gereja, tidak tau apa itu gereja, tetapi dalam hidupnya dia sama dengan sang perwira tadi, dia malah lebih kristen daripada orang yang mengaku kristen.
Hey kawan, KRISTEN itu bukan identitas, tetapi nilai hidup kristiani yang melekat dalam pribadi kita. Lantas apa itu nilai-nilai kristiani? salah satunya belajar dari sang perwira tadi : RENDAH HATI. tahu hirarki/tatanan hidup. Kita ini objek yang diciptakan, pelakon kehidupan, siapa kita lantas bisa menghakimi orang lain atas pilihan hidup mereka? Sang pencipta saja memberi kehendak bebas pada SETIAP PRIBADI bukan pada SEKELOMPOK ORANG. Jadi pilihan itu ya bergantung pada akal yang berbudi setiap pribadi! bukan pada pendeta, ulama, atau siapa saja yang merasa berhak menentukan pilihan atas hidup kita. BERTOBATLAH!
No comments:
Post a Comment