Thursday, 22 March 2012

Priceless Relatives








12 Maret 2012 adalah hari kelulusanku. Hari itu kami sekeluarga sangat berbahagia. Perayaan wisudaku di hadiri oleh Mama, Papa, Tante, Oma Uto, serta teman-teman di Salatiga. Rasanya seperti seorang pengantin wanita yang duduk di pelaminan. Aku merasa begitu istimewa.

Malam sebelum hari kelulusan itu, keluargaku yang tinggal di Menado : Adik-adik, Oma, dll, sempat dibuat gempar oleh pemberitaan di TV, yang mengabarkan bahwa desa kami yang terletak sekitar 500 m dari pantai akan di hantam Tsunami. Kami yang di Salatiga sempat shockdan panik. Bahkan dosenku ada yang ikutan khawatir dan kami jadi lupa bahwa besok adalah hari yang sangat penting bagiku dan keluarga.

Syukurlah Tsunami tidak benar-benar terjadi dan kami boleh tertidur dengan pulas. Setelah hampir seminggu keluargaku (kecuali papa yang telah kembali ke Menado duluan) menikmati liburan di Salatiga, kami beranjak ke Surabaya. Di surabaya ada keluarga Tante yang menetap. Aku senang karena sepupu-sepupu, anak-anak Tante, sudah seumuran denganku, jadi temanku banyak. Rumah itu cukup ramai dengan hingar-bingar kami. Kami memasak, nonton TV, bercanda, bercerita, berbelanja, dan benar-benar menikmati indahnya kebersamaan sebuah keluarga besar.

Aku, Mama, Tante, dan Oma, berkunjung ke Malang ke rumah salah satu kerabat kami, Om Yos. Di Malang aku sangat nyaman. Air pegunungannya begitu sejak, suasana desa yang sunyi sepi, hijau, dan berudara segar serta lagi-lagi atmosfir keluarga yang hangat yang membuatku berasa di surga :)). Aku sangat terhibur karena ada sepupu-sepupu yang masih kecil yang lucu, ceria, polos, dan menerima kehadiranku dengan penuh kegembiraan. Sudah lama rasanya aku kehilangan momen-momen seperti ini. Selama ini aku banyak menghabiskan waktu sendiri, sibuk dengan urusan kuliah dan organisasi, selalu setiap hari dengan teman dan lupa akan makna keluarga (keluarga secara biologis).


Malang menyita hatiku. Enggan rasanya untuk beranjak. Tapi kami harus pulang. Seorang sepupu, Olan pun tidak menghendaki aku pulang, Ia tak ingin berpisah. Akhirnya, Olan ikut bersama kami ke Surabaya. Keesokan harinya Mama Olan menyusul untuk menjemput Olan. Kami pun harus berkunjung ke Jakarta ke rumah adik mama.


Di Jakarta aku kurang begitu menikmati. Gaya hidup mewah serba bergengsi, suhu yang tidak bersahabat, kemacetan, dan segala macam kerumitan kota metropolitan seolah menyapa ku dengan ketidak ramahannya. Aku kurang nyaman. Di sana sini penuh dengan pembicaraan sarkastik. Untung lah setelah dua hari berkompromi dengan ketidak nyamanan, aku dan mama terbang ke Menado.

Tujuan terakhir ini, tanah tempat lahirku, rumah masa kecilku, dunia indahku, sungguh tak dapat kulukiskan betapa girangnya hati melihat kembali tempat itu. Aku melepas rindu dengan Oma tercinta, kedua adikku yang lucu-lucu dan bawel, tetangga-tetanggaku yang sangat memperhatikanku, tempat tidurku, babi-babiku, kedondongku, gerejaku, kebunku, lautku, pantaiku, ooh betapa aku banyak melihat diriku yang dulu di tempat ini. Mari bernostalgia. Indah. Menyenangkan. Menyedihkan, karena ternyata keluargaku selain modal terbesar ku menjalani hidup juga aku korbankan demi sebuah nama -masa depan-.

Betapa sebenarnya mereka menginginkan kehadiranku selalu di tengah-tengah mereka. Tetapi aku selalu bersikeras. Aku ingin merantau. Mereka pun mengalah, tenggelam dalam diam, tak berani bersuara, takut aku marah apalagi kecewa. Padahal sebenarnya mereka tak mau kehilangan momen bersamaku. Maaf... ! ! !

Matahari membangunkanku yang terbuai keindahan desaku yang tercinta. Kulitku hitam terbakar mentari pantai. Badanku mulai berlemak karena keramahan makanan yang selalu disuguhkan padaku tak ada habisnya. Oh Tuhan negeri ini limpah susu dan madu, tetapi aku meninggalkannya menjadi budak di negeri orang, budak pengetahuan yang kelak akan ku pakai untuk mengabdi di tanah tempat aku di lahirkan. Tanah yang sudah menghasilkan buah kelapa yang ranum yang memberi kami kehidupan. Penghasilan yang bagus. Terima kasih petani kopra.


Hampir sebulan bernostalgia, aku harus kembali ke Salatiga via Surabaya. Kembali aku di jemput Tante untuk transit semalam di rumahnya. Besok hari aku naik Bus jurusan Surabaya-Semarang. Aku mampir ke Rembang, rumah sahabat dekatku, Linda. Kami janjian untuk pulang ke Salatiga bersama. Rembang juga indah dan ramah. Begitu juga keluarga Linda. Sangat ramah.

Sebulan di Salatiga, aku di telepon mama, sepupuku di Surabaya, Rio, telah berpulang. Jantungku terasa jatuh. Ya Tuhan, rasanya baru kemarin kami tertawa sampai terpingkal-pingkal. Rasanya baru kemarin, dia membukakan dan menutup pintu saat aku pulang ke rumah atau mau berangkat. Adikku Rio, ternyata momen kebersamaan kita bulan kemarin, adalah yang terakhir. Menyesal, iya. Aku tak banyak punya cerita dengannya. Rio pendiam. Tidak seperti Kakak dan adik-adiknya. Rio yang paling jarang berinteraksi denganku. Tapi, aku sangat mengasihinya. Rasanya tak kuat membayangkan keluarga Tante yang sangat terpukul dengan kejadian ini.

Malam harinya aku langsung berangkat ke Surabaya, menumpang mobil teman yang hendak ke Sidoarjo. Sesampai di rumah Tante, hatiku hancur melihat Om, Tante, dan sepupu-sepupuku yang seolah tidak percaya dan belum siap menerima berita itu. Rio sudah terbujur kaku. Dia telah tiada. Tuhan, sediakanlah kekuatan dan penghiburan bagi keluarga yang ditinggalkan.

Sebulan yang lalu kami tertawa terpingkal-pingkal di rumah ini, kami tidak tahu kalau hari ini kami harus membayarnya dengan tangis kesediharan. Duka yang mendalam. Reuni keluarga kembali terjadi tetapi dalam suasana kehilangan dan kesedihan yang mencekam. Apalah arti kesenangan dibanding dengan kepiluan hati ditinggal buah hati dan orang terdekat yang paling kita sayang. Selamat jalan Rio... adik kami tersayang ! We love you still, ever !

12 Maret 2012 tepat setahun setelah hari kelulusanku. Mamaku juga bertandang ke Salatiga. tepat setahun kami tidak bertemu. Sudah merupakan hal yang biasa. Yang tak biasanya, tepat 3 hari yang lalu, Om kami yang terkasih, ayahanda Rio yang setahun lalu berpulang, juga telah dipanggil Tuhan. Dalam setahun 2 orang anggota keluarga Tante Ince, harus pergi dan tak akan kembali lagi.

Terpukul lagi. Sedih lagi. Berduka lagi. Sulit membayangkan kondisi keluarga Ma Ince. Oh Tuhan, Engkau pasti punya rencana yang jauh lebih indah bagi keluarga kami. Engkau pun telah menyediakan penghiburan dan sukacita bagi mereka. Apa yang harus aku lakukan.

Keluarga kami di uji dengan kejadian-kejadian hebat. Hanya doa, penghiburan, kekuatan, dan semangat yang bisa kami bagikan. Ada sukacita ganti dukacita. Suatu hari nanti, Dia akan bayar semua airmata kita dengan senyuman dan tawa, dengan kekuatan dan penghiburan tiada akhir. Betapa sangat berharganya arti sebuah keluarga.

Saturday, 25 February 2012

Bioteknologi DNA Plasmid pada bakteri

[DNA PLASMID]


Bioteknologi ialah pemanfaatan sistem hayati untuk menghasilkan produk barang dan jasa. Biologi molekuler menggunakan rekayasa genetik, manipulasi gen untuk tujuan praktis misalnya untuk penelitian dan juga manufaktur ratusan produk yang bermanfaat. Praktek-praktek yang didasarkan pada manipulasi DNA in vitro berbeda dari praktek-praktek bioteknologi DNA masa lalu karena karena bioteknologi tersebut memungkinkan dilakukannya modifikasi gen-gen spesifik dan memindahkannya di antara organisme yang sangat berbeda seperti bakteri, tumbuhan, dan hewan (Campbell, 2000).


Salah satu contoh bioteknologi DNA yaitu DNA plasmid. Plasmid merupakan molekul DNA pada sel bakteri, berbentuk bulat kecil yang berbeda dan merupakan tambahan dari molekul DNA utama pada kromosom bakteri. Plasmid dapat mereplikasi DNAnya sendiri terlepas dari DNA pada kromosom. Berbagai tipe plasmid telah ditemukan pada sel bakteri. Distribusi plasmid pada bakteri bersifat sporadis karena ada bakteri yang mengandung plasmid tetapi ada juga yang tidak (Anonim1).



Pada sel E.coli terdapat plasmid F yang menyebabkan bakteri ini mempunyai sifat konjugatif tertentu. Plasmid F bias digunakan sebagai vektor untuk membawa DNA yang akan disisipkan pada genom sel target. Akan tetapi plasmid yang secara rutin digunakan sebagai vektor adalah yang mengandung gen ketahanan terhadap antibiotika (Anonim1).

Fenotipe dari gen ketahanan terhadap antibiotika sangat baik digunakan untuk menseleksi sel-sel yang ditransformasi dengan plasmid tersebut dan juga menseleksi vektornya sendiri yang mengandung DNA rekombinasi. Plasmid juga merupakan alat yang efisien untuk mengamplifikasi klon DNA karena memiliki kopi yang sangat banyak per selnya (Anonim1).


Gambar 1. DNA plasmid pada bakteri

Proses penggunaan plasmid bakteri untuk mengklon gen adalah sebagai berikut :


1. DNA plasmid diisolasi dari bakteri dan DNA berisi gen yang dinginkan dari jenis sel lain misalnya gen yang mengkode suatu hormon.

2. Sepotong DNA yang berisi gen tersebut diselipkan ke dalam salah satu plasmid, yang kemudian menghasilkan DNA rekombinan

3. Plasmid rekombinan dikembalikan ke sel bakteri

4. Sel bakteri ditumbuhkan dalam kultur, kemudian membentuk klon sel. DNA asing yang disambungkang ke dalam plasmid tidak merusak kemampuan plasmid untuk bereplikasi di dalam sel bakteri dan gen yang diinginkan direplikasi bersama dengan plasmid begitu sel inangnya menjadi banyak. Dapat dikatakan gen itu telah diklon.

5. Identifikasi klon bakteri yang membawa gen yang diinginkan tersebut.

6. Aplikasi terakhir dari pengklonan gen dalam bakteri (Campbell, 2000).


Gambar 2 Bioteknologi menggunakan plasmid bakteri untuk mengklon gen.


Penggunaan gen dan aplikasinya, mempertimbangkan suatu pendekatan yang menggunakan bakteri dan plasmid bakteri tersebut. Plasmid merupakan molekul DNA sirkular kecil yang bereplikasi dari sel bakteri. Pada gambar 2.1 memperlihatkan suatu plasmid gen asing dari sel eukariotik di selipkan di dalamnya dan selanjutnya dikembalikan ke sel bakteri. Bakteri mereplikasi DNA rekombinannya. Pada keadaan yang dikocok, klon bakteri akan membuat protein yang dikode oleh gen asing tersebut (Campbell, 2000).


Penggunaan yang potensial dari gen hasil klon terbagi dalam dua kategori umum. Pertama untuk menghasilkan produk protein baik untuk dipelajari maupun untuk tujuan praktis. Misalnya penggunaan bakteri untuk membawa gen hormon pertumbuhan manusia untuk mengatasi masalah pertumbuhan yang terhambat. Kedua untuk mempersiapkan banyak salinan dari gen itu sendiri. Kemungkinan peneliti dapat menentukan urutan nukleotida gen atau menggunakan gen itu untuk member suatu organism kemampuan metabolik baru(Campbell, 2000).


Dalam proses pengklonan gen dengan memanfaatkan DNA plasmid sebagai vektor klon tidak terlepas dari peranan enzim, dalam hal ini enzim restriksi dan ligase. Enzim restriksi yaitu enzim yang dapat memotong molekul DNA pada lokasi-lokasi spesifik yang jumlahnya terbatas. Di alam, enzim ini melindungi bakteri terhadap DNA yang menyelinap dari organisme lain, seperti virus atau sel bakteri lain. Enzim-enzim ini bekerja dengan memotong-motong DNA asing, suatu proses yang disebut restriksi (Campbell, 2000).


Sebagian besar Enzim restriksi sangat spesifik, mengenali urutan nukleotida pendek dalam molekul DNA dan memotong pada titik tertentu di dalam urutan ini. Sel bakteri melindungi DNA-nya sendiri dari restriksi dengan menambahkan gugus metal (-CH3) pada adenine atau sitosin di dalam urutan yang dikenali oleh enzim restriksi tersebut (Campbell, 2000).


Gambar 3 Penggunaan enzim restriksi dan DNA ligase untuk membuat DNA rekombinan.


Dengan enzim restriksi dan DNA ligase maka plasmid rekombinan dapat dibuat. Plasmid aslinya disebut vektor pengklon didefinisikan sebagai molekul DNA yang dapat membawa DNA asing ke dalam sel dan bereplikasi di dalam sel tersebut. plasmid bakteri banyak digunakan sebagai vektor pengklon (Campbell, 2000).


Plasmid rekombinan dihasilkan melalui penyambungan fragmen restriksi dari DNA asing ke dalam plasmid yang diisolasi dari bakteri dapat dikembalikan secara relatif mudah ke bakterinya. Ketika bakteri bereproduksi, plasmid ini bereplikasi di dalamnya. Klon sel yang dihasilkan tampak sebagai koloni pada medium padat, berisi banyak salinan suatu klon dari DNA asing tersebut (Campbell, 2000).


Bakteri merupakan sel yang paling umum digunakan untuk pengklonan gen, terutama karena mudahnya DNA dapat diisolasi dari dan dimasukan kembali ke dalam sel tersebut.


Prosedur untuk pengklonan gen eukariotik di dalam plasmid bakteri yaitu,

1. Pengisolasian vektor dan sumber-sumber gen.

Proses ini diawali dengan mempersiapkan dua jenis DNA yaitu plasmid bakteri dan DNA yang mengandung gen yang diinginkan. DNA yang terakhir diambil dari misalnya sel jaringan manusia yang telah ditumbuhkan dalam kultur laboratorium. Plasmid dapat diambil dari E.coli dan membawa dua gen yang bermanfaat dalam memberikan resistensi terhadap antibiotik ampisilin dan hidrolisis gula laktosa. Plasmid ini memiliki urutan pengenalan tunggal untuk enzim restriksi yang digunakan yang terletak di dalam gen lacZ.


2. Penyelipan DNA ke dalam vektor.

Enzim memotong DNA plasmid pada tempat restriksi tunggalnya, mengganggu gen lacZ. Enzim ini juga memotong DNA manusia, menghasilkan ribuan fragmen, salah satu fragmen membawa gen yang diinginkan. Enzim menciptakan ujung lengket pada fragmen DNA manusia dan plasmid. Enzim DNA ligase menggabungkan molekul-molekul DNA melalui ikatan kovalen. Hasilnya ialah molekul DNA rekombinan.


3. Pemasukan vektor pengklon ke dalam sel.

Sel bakteri mengambil plasmid rekombinan melalui transformasi (penyerapan DNA telanjang dari larutan sekeliling : lihat video terlampir). Bakteri berupa lacZ- tidak dapat menghidrolisis laktosa. Sebagian bakteri ini memperoleh DNA plasmid rekombinan yang diinginkan; banyak sel lain mengambil DNA lain, baik rekombinan maupun non-rekombinan.


4. Pengklonan sel-sel (dan gen asing).

Bakteri ditempatkan pada nutrient agar. Gen plasmid dimanfaatkan untuk memilih koloni sel yang membawa plasmid rekombinan.


5. Identifikasi klon sel yang membawa gen yang diinginkan.

Metode untuk mendeteksi DNA suatu gen secara langsung tergantung pada pembuatan pasangan-basa antara gen dan urutan komplementer pada molekul asam nukleat lain, disebut hibridisasi asam nukleat. Molekul komplementer, asam nukleat untai tunggal pendek yang dapat berupa RNA atau DNA, disebut probe asam nukleat. Denaturasi sel dilakukan untuk pemisahan kedua untai DNA.


Gen hasil klon dapat digunakan untuk mengidentifikasi gen yang serupa atau identik di dalam DNA sumber lain. Jika sel mengandung gen diinginkan mentranslasi gen tersebut menjadi protein, maka identifikasi gen yang diinginkan dapat dilakukan dengan cara menyaring semua klon berdasarkan keberadaan protein tersebut (Campbell, 2000).


Salah satu contoh penerapan DNA plasmid dalam kehidupan yaitu di bidang pertanian dengan memanfaatkan plasmid dari bakteri Agrobacterium tumefacies yang secara alami dapat menginfeksi tumbuhan dan menyebabkan tumor yang disebut empedu mahkota. Tumor ini dimasukkan oleh plasmid Ti (Tumor inducing/ Penginduksi tumor). Plasmid Ti ini mengintergrasikan segmen DNA-nya, yang dikenal sebagai DNA T, ke dalam DNA kromosom sel tumbuhan inangnya (Campbell 2000).

Gambar. 4 Empedu mahkota pada tumbuhan yang merupakan tumor akibat infeksi dari plasmid Ti dari Agrobacterium tumifaciens


Gen asing dapat diselipkan ke dalam plasmid Ti dengan menggunakan teknik DNA rekombinan. Plasmid rekombinannya dikembalikan ke Agrobacterium yang kemudian dapat digunakan untuk menginfeksi sel tumbuhan yang ditumbuhkan di dalam kultur atau dimasukkan langsung ke dalam sel tumbuhan, dimana plasmid tersebut akan menyelipkan dirinya sendiri ke dalam kromosom tumbuhan tersebut (Campbell 2000).

Dengan memanfaatkan sel-sel tersebut akan meregenerasi keseluruhan tanaman, hal ini memungkinkan untuk menghasilkan tumbuhan yang mengandung dan mengekspresikan gen asing dan yang mewariskannya pada turunannya (Campbell 2000).

Gambar 5 Ti plasmid pada Agrobacterium yang akan dipindahkan ke dalam sel tumbuhan.

Gambar 6 Penggunaan plasmid Ti sebagai vektor untuk rekayasa genetik pada tumbuhan

Kelemahan utama penggunaan plasmid Ti sebagai vektor ialah bahwa hanya tumbuhan dikotil saja yang rentan terhadap infeksi Agrobacterium. Tumbuhan monokotil yang juga penting bagi bidang pertanian tidak dapat diinfeksi oleh Agrobacterium. Untungnya para saintis dapat menggunakan teknik baru seperti elektroporasi dan tembakan DNA untuk memasukkan DNA ke dalam sel tumbuhan ini (Campbel, 2000).


Sumber :

Anonim1. Plasmid. http://www.fp.unud.ac.id/biotek/bioteknologi-dan-rekayasa-genetik-tanaman/2-prinsip-dasar-bioteknologi/3-ekstrakromosomal-dna/

Campbell, Neil. A., Jane B. Reece, Lawrence G. Mitchell. 2000. Biologi. Edisi Kelima. Jilid 1. Erlangga, Jakarta.


Sunday, 19 February 2012

Reminiscing My Child Life :)



This following passage were my answers to ten questions of English homework in learning past tense. After done with the homework, I laughed alone. My answer sounds so funny. It brings me back when I was kid. Then my imagination just turned around to the place when I spent my past life in my small village, with my relatives and friends. I think I miss that place! Let's reminiscing my child life :)


First called after birth : Enzhilina

Fix name : Mirtanina Sisyelin Bawekes

I was born on Sunday, July 10th 1988 when my parents attended the youth camp event in my village. My father told me that there were so many people witnessed the birth.

I lived with my family in a small village called Sonsilo in West Likupang, North Minahasa, North Celebes. My village is located on the waterfront. That’s why, me and friends usually played on the beach.

I studied at an elementary school called SD negeri Sonsilo. I spent about ten minutes to go to elementary school on foot.

I went to school on foot. When I was in Junior High school I need an hour to go to school because the distance from my house to school about two kilometers. I feel very tired but my friends made me happy. I lived in school dormitory when I was in high school. I just spent about five minutes to go to school.

Yes, I was a good child when I was a student. I got first rank in elementary and junior high school. I did task and homework well. I did not dare to disobey the teachers and the school’s rules.

There was a special moment when I was ten. I have a good friend. She was my next-door neighbor. After school, we usually made fried bananas as snacks to our evening vent. She also taught me how to play guitar. We did it in my flowers’ garden.

My parents usually take me at church. We were rarely went to some place for having fun. My parents are too busy with their job and their affairs with the church community. I usually followed them went to church at Sunday Service, Happy Wednesday event, Choir practice, and another worship activities . I went to church three to five times a week.

I did help my parents just a bit of their work. They rarely asked me to help them. They were helped by assistances to do their job.

I was a sad kid at home. I had a very discipline father. My daily activities were learning, went to church, sleeping twice a day, eating, and fifteen minutes for watching TV. I rarely go out with friends. But sometimes my kindly friends came to my house to take me out. They asked for my parents’ permissions first.

When my parents got angry with me, I came to my bedroom and cried alone. I did not dare to came out to talk with them even to apologized to them if I got wrong.